Monday, April 11, 2011

Kita Semua Akan Jadi Miliader Tanpa Redenominasi

Majalah Forbes baru saja mengumumkan 1.210 miliarder kelas dunia, yaitu mereka yang mempunyai kekayaan bersih minimal USD1 miliar. Hanya ada 14 orang Indonesia yang masuk daftar itu.

Jika kriterianya diturunkan menjadi jutawan lokal, menurut Anda negara manakah yang memiliki paling banyak jutawan? Jika Anda menjawab Amerika Serikat, Anda salah.
Orang Amerika yang aset likuidnya minimal USD1 juta, di luar rumah kediaman, ternyata jumlahnya tidak lebih dari 10 juta orang. Bila ukurannya mata uang lokal, negara dengan jutawan dan miliarder terbanyak tidak lain adalah Indonesia.

Jika di Asia ada tiga juta orang jutawan dalam USD dan hanya ratusan miliarder USD, Indonesia mempunyai seratus juta lebih jutawan dan empat juta miliarder dalam mata uang lokal, yaitu rupiah. Angka ini langsung menyusut menjadi hanya sekira 60 ribu orang jika ukurannya adalah jutawan dolar AS.

Sehubungan dengan sangat banyaknya jutawan dan miliarder di negara kita, saya sangat mendukung Bank Indonesia melakukan redenominasi mata uang kita.

Kebijakan ini akan mengangkat rupiah menjadi mata uang dunia sesuai posisi Indonesia yang akan menembus lima besar dunia dalam dua–tiga dekade mendatang dari posisi 15 besar saat ini.

Jika ada yang menolak ide redenominasi dari kalangan berpendidikan rendah tentunya kita dapat memaklumi. Karena tidak pernah ke luar negeri, mereka tidak mengalami tidak lakunya mata uang kita di luar negeri.

Namun, jika ada sarjana ekonomi apalagi pakar ekonomi yang menyatakan redenominasi rupiah berbahaya atau sama dengan sanering dan hanya berbeda bahasa (Inggris dan Belanda), kesarjanaan mereka patut dipertanyakan.

Rupiah tidak laku di luar negeri
Jangankan di negara-negara yang jauh di benua Amerika, Eropa, dan Afrika sana, di Australia dan Asia saja mata uang kita tidak dapat ditransaksikan karena nilainya yang sangat rendah, yaitu 0,0001 dolar AS. Hanya beberapa money changer, bank, serta hotel di Malaysia dan Singapura yang masih menerima rupiah kita.

Akibatnya, setiap kali ke luar negeri, kita harus membawa bank notes dari Paman Sam atau mata uang lokal negara tujuan. Di dunia, uang kita yang nominalnya sampai Rp100 ribu kini hanya menang dari uang Vietnam.

Di sana saya menyaksikan sendiri uang kertas bernilai nominal 500 ribu dan 200 ribu dong yang nilainya setara dengan USD25 dan USD10. Vietnam pun menjadi negara kedua dengan jutawan terbanyak. Mata uang lain tidak ada yang nilai tukarnya di bawah rupiah.

Dalam jumlah jutawan dan miliarder, Indonesia sekarang juara dunianya setelah sebelumnya dipegang Turki dan Zimbabwe. Khusus untuk mata uang Zimbabwe, saya sempat memiliki 12 lembar uang negara itu yang masing-masing berdenominasi seratus triliun dolar atau total 1.200 triliun dolar dengan nol sebanyak empat belas.

Walaupun belum pernah menjadi jutawan dolar AS, saya sungguh sempat menjadi triliuner atau quadriliuner dalam dolar Zimbabwe. Namun, baik Turki maupun Zimbabwe kemudian melakukan redenominasi sehingga Indonesia pun menjadi jawaranya.

Jika di luar negeri hanya kekayaan yang nilainya jutaan, di sini gaji kita semuanya sudah dalam satuan jutaan. Bedanya, jutawan di luar negeri begitu enak hidupnya, di sini jutawan masih banyak yang harus naik motor, kereta api, atau bus umum yang tidak nyaman.

Jika saat ini penduduk Indonesia semuanya jutawan dan hanya sekira empat juta orang yang miliarder, tanpa redenominasi rupiah, sekira tiga puluh tahun lagi para jutawan Indonesia ini akan menjadi miliarder.

Sungguh, kita semua akan menjadi miliarder, hanya waktunya yang berbedabeda. Seorang manajer memerlukan waktu sepuluh hingga belasan tahun. Sementara seorang office boy hanya dapat mencapainya dalam 30–40 tahun.

Berikut hitungannya. Jika upah minimum provinsi (UMP) DKI pada 2011 adalah Rp1.290.000 dan kenaikan ratarata 30 tahun ke depan adalah sembilan persen, pada 2041 UMP itu menjadi Rp17,1 juta.

Ini baru upah minimum. Kenaikan gaji rata-rata sembilan persen setahun di negara ini cukup realistis karena rata-rata inflasi dalam 10 tahun terakhir delapan persen.

Untuk seorang karyawan yang sekarang bergaji Rp10 juta, dengan kenaikan tahunan sembilan persen, gajinya akan menjadi Rp132,7 juta per bulan. Gaji bekerja satu tahun saja sudah cukup untuk membuatnya menjadi seorang miliarder. Sementara seorang buruh masih memerlukan waktu tambahan 5–10 tahun lagi untuk mewujudkannya. Namun, akhirnya mereka akan menjadi miliarder juga.

Setelah kuadriliun, pentaliun?
Membaca angka dalam APBN kita dan dana pihak ketiga di perbankan nasional, serta kapitalisasi pasar saham kita yang sudah dalam satuan ribuan triliun, kita patut mendukung redenominasi rupiah.

Jika untuk belasan hingga puluhan miliar saja, kalkulator ilmiah dan kalkulator finansial sudah tidak dapat menghitungnya karena hanya ber-digit 10, apalagi untuk triliunan.

Jika sekarang kita sudah mulai terbiasa membaca istilah kuadriliun alias ribuan triliun, belasan tahun lagi kita memerlukan istilah lain untuk jutaan triliun. Jika kuadriliun saja sudah terdengar aneh, apalagi pentaliun. Jika kita saja bingung, apalagi orang asing?

Redenominasi akan menghemat banyak angka dalam semua dokumen kita. Tinta dan kertas pun pada akhirnya lebih irit. Dua pandangan paling lucu sekaligus salah tentang redenominasi adalah “Saya tidak setuju redenominasi karena akan menyebabkan dompet saya nantinya berisi recehan rupiah atau rupiah baru (Rb) seperti Rb2, Rb5, hingga Rb100”.

Sementara lainnya, “Saya setuju dengan redenominasi karena akan membuat saya bisa beli rumah dengan hanya membayar tiga lembar uang Rp100 ribu.” Orang-orang ini tidak sadar jika nanti uang Rp100 ribu tidak ada lagi sehingga uang kertas Rb5 sekalipun bukanlah recehan.

Untuk menyukseskan redenominasi ini, Bank Indonesia perlu memastikan bahwa kenaikan harga akan dapat dikendalikan. Bukan apa-apa,menaikkan dari Rb100 menjadi Rb110 relatif lebih mudah daripada dari Rp100 ribu menjadi Rp110 ribu.

Kepada yang masih tidak setuju, katakan bahwa utang mereka di bank dan angsuran bulanannya nanti menjadi tinggal seperseribunya, yaitu dari Rp100 juta menjadi Rb100 ribu untuk utangnya dan dari angsuran bulanan Rp2 juta menjadi Rb2.000 saja. Siapa yang tidak suka utang dan angsurannya berkurang drastis.

Jangan sampai kalangan menengah bawah yang umumnya belum pernah ke luar negeri ini mendengar lebih dulu tentang gaji dan nilai kekayaannya kelak setelah redenominasi.

Siapa yang tidak panik dan sedih jika gajinya turun menjadi Rb10.000 dan kekayaannya hanya dihargai Rb500 ribu dari sebelumnya Rp10 juta dan Rp500 juta. Kesimpulannya, walaupun akan mengurangi jumlah jutawan dan miliarder di Indonesia, redenominasi rupiah akan mengangkat martabat mata uang kita menjadi mata uang dunia dan mempermudah penghitungan.

BUDI FRENSIDY
Penasihat Investasi dan Penulis Buku Matematika Keuangan
 (Koran SI/Koran SI/ade)
Sumber : okezone.com

Jakarta Diincar Orang-Orang Super Kaya

JAKARTA - Dalam waktu 10 tahun mendatang, Jakarta akan masuk dalam The World Leading Cities. Jakarta diproyeksikan akan menempati posisi ke-28 sebagai kota pilihan orang super kaya (Ultra High Net Worth Individual) setelah tahun lalu menempati posisi 48.

Senior Associate Directur Knight Frank Indonesia Fakky I Hidayat dalam siaran tertulisnya kepada okezone di Jakarta, Minggu (10/4/20011) menggarisbawahi, hal itu dapat terwujud jika pemerintah mendukung.

"Dukungan ini dapat berupa pembenahan sarana infrastruktur kota, termasuk transportasi masal, perbaikan sarana utilitas, kesehatan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia," jelasnya.

Selain itu faktor yang tak kalah pentingnya yakni kepastian hukum kepemilikan property oleh asing yang sampai saat ini masih belum jelas. Juga sistem perpajakan harus dibuat menarik agar dapat bersaing dengan tetangga.

Data ini berasal dari laporan The Wealth Report 2011 yang dibuat Knight Frank dan Citi Private Bank. Laporan ini menghimpun hasil Attitude Survey dari orang-orang super kaya dari berbagai dunia dengan kekayaan kurang lebih USD100 juta.

Dalam survei ini, New York dan London masih memegang posisi puncak dan diperkirakan masih akan berada dalam poisisi yang sama dalam 10 tahun ke depan.

Yang menarik, sejumlah kota yang berada di Asia Pasifik yang notabene-nya merupakan di negara berkembang diproyeksikan mengalami peningkatan peranan. Kota Shanghai menempati diproyeksikan bakal naik tiga peringkat ke poisisi tiga, Mumbai naik enam tingkat menjadi posisi tujuh dan Sao Paolo naik delapan tingkat ke posisi 12.
 Sumber : okezone.com

Utilitas (Nilai Kepuasan)

Dalam ekonomi, utilitas adalah jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif (gratifikasi) yang dicapai. Dengan jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya utilitas, dan kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha untuk meningkatkan kepuasan seseorang. Unit teoritikal untuk penjumlahan utilitas adalah util.
            Contoh diatas merupakan contoh nilai kepuasan (utilitas) terhadap suatu barang dimana sate yang dijadikan sebagai contoh diatas. Pada tabel, terlihat bagaimana nilai kepuasan konsumen terhadap sate yang di konsumsi. Semakin banyak konsumen mengkonsumsi sate, nilai kepuasannya menurun. The Law of diminishing Marginal Utility adalah hukum pertambahan manfaat yang makin menurun. Pada awalnya penambahan konstan suatu barang akan akan memberikan tambahan utilitas yang besar, tetapi makin lama pertambahan itu bukan saja bertambah menurun bahkan bertambah menjadi negatif.

Sunday, April 10, 2011

Hukum Permintaan dan Hukum Penawaran

Dalam ekonomi terdapat permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang saling bertemu dan membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas (jumlah barang). Setiap transaksi perdagangan pasti ada permintaan, penawaran, harga dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu sama lain.

A. Pengertian/Arti Definisi Permintaan dan Penawaran
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu. Sedangkan pengertian penawaran adalah sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan pada suatu harga dan waktu tertentu.
Contoh permintaan adalah di pasar kebayoran lama yang bertindak sebagai permintaan adalah pembeli sedangkan penjual sebagai penawaran. Ketika terjadi transaksi antara pembeli dan penjual maka keduanya akan sepakat terjadi transaksi pada harga tertentu yang mungkin hasil dari tawar-menawar yang alot.

B. Hukum Permintaan dan Hukum Penawaran
Jika semua asumsi diabaikan (ceteris paribus) : Jika harga semakin murah maka permintaan atau pembeli akan semakin banyak dan sebaliknya. Jika harga semakin rendah/murah maka penawaran akan semakin sedikit dan sebaliknya.
Semua terjadi karena semua ingin mencari kepuasan (keuntungan) sebesar-besarnya dari harga yang ada. Apabila harga terlalu tinggi maka pembeli mungkin akan membeli sedikit karena uang yang dimiliki terbatas, namun bagi penjual dengan tingginya harga ia akan mencoba memperbanyak barang yang dijual atau diproduksi agar keuntungan yang didapat semakin besar. Harga yang tinggi juga bisa menyebabkan konsumen/pembeli akan mencari produk lain sebagai pengganti barang yang harganya mahal.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Permintaan (Demand)
1. Perilaku konsumen / selera konsumen
Saat ini handphone blackberry sedang trend dan banyak yang beli, tetapi beberapa tahun mendatang mungkin blackberry sudah dianggap kuno.
2. Ketersediaan dan harga barang sejenis pengganti dan pelengkap
Jika roti tawar tidak ada atau harganya sangat mahal maka meises, selai dan margarin akan turun permintaannya.
3. Pendapatan/penghasilan konsumen
Orang yang punya gaji dan tunjangan besar dia dapat membeli banyak barang yang dia inginkan, tetapi jika pendapatannya rendah maka seseorang mungkin akan mengirit pemakaian barang yang dibelinya agar jarang beli.
4. Perkiraan harga di masa depan
Barang yang harganya diperkirakan akan naik, maka orang akan menimbun atau membeli ketika harganya masih rendah misalnya seperti bbm/bensin.
5. Banyaknya/intensitas kebutuhan konsumen
Ketika flu burung dan flu babi sedang menggila, produk masker pelindung akan sangat laris. Pada bulan puasa (ramadhan) permintaan belewah, timun suri, cincau, sirup, es batu, kurma, dan lain sebagainya akan sangat tinggi dibandingkan bulan lainnya.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penawaran (Suply) 
1. Biaya produksi dan teknologi yang digunakanJika biaya pembuatan/produksi suatu produk sangat tinggi maka produsen akan membuat produk lebih sedikit dengan harga jual yang mahal karena takut tidak mampu bersaing dengan produk sejenis dan produk tidak laku terjual. Dengan adanya teknologi canggih bisa menyebabkan pemangkasan biaya produksi sehingga memicu penurunan harga.


Contoh Kurva Permintaan dan Kurva Penawaran

Sektor Perekonomian Dalam Siklus Aliran Pendapatan (Circular Flow)

                Dalam siklus aliran pendapatan suatu perekonomian dibagi menjadi empat bidang atau sektor utama sebagai pelaku ekonomi di mana setiap sektor memiliki hubungan interaksi masing-masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.

1.        Sektor Rumah Tangga
Terdiri dari individu-individu yang bersifat homogen.
A. Hubungan dengan Perusahaan
- rumahtangga melakukan pembelian barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan untuk konsumsi.
- rumah tangga mendapatkan pendapatan berupa gaji, upah, sewa, dividen, bunga, dll dari perusahaan.
B. Hubungan dengan Pemerintah
- rumah tangga menyetorkan sejumah uang sebagai pajak.
- rumah tangga menerima penerimaan berupa gaji, bunga, penghasilan non balas jasa, dll.
C. Hubungan dengan Dunia Internasional
- rumah tangga mengimpor barang dan jasa dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2.        Sektor Perusahaan
Gabungan unit kegiatan yang menghasilkan produk barang dan jasa.
A. Hubungan dengan RumahTangga
- perusahaan menghasilkan produk-produk barupa barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat.
- perusahaan memberikan penghasilah dan keuntungan kepada rumah tangga barupa gaji, deviden, sewa, upah, bunga, dsb.
B. Hubungan dengan Pemerintah
- perusahaan membayar pajak kepada pemerintah.
- perusahaan menjual produk dan jasa kepada pemerintah.

C. Hubungan dengan Dunia Internasional
- perusahaan melakukan impor atas produk barang maupun jasa dari luar negri.

3.        Sektor Pemerintah
Bertindak sebagai pembuat dan pengatur kebijakan masyarakat dan bisnis.
A. Hubungan dengan RumahTangga
- pemerintah menerima setoran pajak rumah tangga untuk kebutuhan operasional, pembangunan, dan lain-lain.
- pemerintah
B. Hubungan dengan Perusahaan
- pemerintah mendapatkan penerimaan pajak dari pengusaha.
- pemerintah membeli produk dari perusahaan berdasarkan dana anggaran belanja yang ada.

4.        Sektor Dunia Internasional / Luar Negeri
Hubungan ekspor dan impor produk barang dan jasa dengan luar negeri.
A. Hubungan dengan RumahTangga
- dunia internasional menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan rumah tangga.
B. Hubungan dengan Perusahaan
            - dunia internasional mengekspor produknya kepada bisnis-bisnis perusahaan

Contoh Siklus Aliran Pendapatan :