Kita Semua Akan Jadi Miliader Tanpa Redenominasi
Majalah Forbes baru saja mengumumkan 1.210 miliarder kelas dunia, yaitu mereka yang mempunyai kekayaan bersih minimal USD1 miliar. Hanya ada 14 orang Indonesia yang masuk daftar itu.
Jika kriterianya diturunkan menjadi jutawan lokal, menurut Anda negara manakah yang memiliki paling banyak jutawan? Jika Anda menjawab Amerika Serikat, Anda salah.
Orang Amerika yang aset likuidnya minimal USD1 juta, di luar rumah kediaman, ternyata jumlahnya tidak lebih dari 10 juta orang. Bila ukurannya mata uang lokal, negara dengan jutawan dan miliarder terbanyak tidak lain adalah Indonesia.
Jika di Asia ada tiga juta orang jutawan dalam USD dan hanya ratusan miliarder USD, Indonesia mempunyai seratus juta lebih jutawan dan empat juta miliarder dalam mata uang lokal, yaitu rupiah. Angka ini langsung menyusut menjadi hanya sekira 60 ribu orang jika ukurannya adalah jutawan dolar AS.
Sehubungan dengan sangat banyaknya jutawan dan miliarder di negara kita, saya sangat mendukung Bank Indonesia melakukan redenominasi mata uang kita.
Kebijakan ini akan mengangkat rupiah menjadi mata uang dunia sesuai posisi Indonesia yang akan menembus lima besar dunia dalam dua–tiga dekade mendatang dari posisi 15 besar saat ini.
Jika ada yang menolak ide redenominasi dari kalangan berpendidikan rendah tentunya kita dapat memaklumi. Karena tidak pernah ke luar negeri, mereka tidak mengalami tidak lakunya mata uang kita di luar negeri.
Namun, jika ada sarjana ekonomi apalagi pakar ekonomi yang menyatakan redenominasi rupiah berbahaya atau sama dengan sanering dan hanya berbeda bahasa (Inggris dan Belanda), kesarjanaan mereka patut dipertanyakan.
Rupiah tidak laku di luar negeri
Jangankan di negara-negara yang jauh di benua Amerika, Eropa, dan Afrika sana, di Australia dan Asia saja mata uang kita tidak dapat ditransaksikan karena nilainya yang sangat rendah, yaitu 0,0001 dolar AS. Hanya beberapa money changer, bank, serta hotel di Malaysia dan Singapura yang masih menerima rupiah kita.
Akibatnya, setiap kali ke luar negeri, kita harus membawa bank notes dari Paman Sam atau mata uang lokal negara tujuan. Di dunia, uang kita yang nominalnya sampai Rp100 ribu kini hanya menang dari uang Vietnam.
Di sana saya menyaksikan sendiri uang kertas bernilai nominal 500 ribu dan 200 ribu dong yang nilainya setara dengan USD25 dan USD10. Vietnam pun menjadi negara kedua dengan jutawan terbanyak. Mata uang lain tidak ada yang nilai tukarnya di bawah rupiah.
Dalam jumlah jutawan dan miliarder, Indonesia sekarang juara dunianya setelah sebelumnya dipegang Turki dan Zimbabwe. Khusus untuk mata uang Zimbabwe, saya sempat memiliki 12 lembar uang negara itu yang masing-masing berdenominasi seratus triliun dolar atau total 1.200 triliun dolar dengan nol sebanyak empat belas.
Walaupun belum pernah menjadi jutawan dolar AS, saya sungguh sempat menjadi triliuner atau quadriliuner dalam dolar Zimbabwe. Namun, baik Turki maupun Zimbabwe kemudian melakukan redenominasi sehingga Indonesia pun menjadi jawaranya.
Jika di luar negeri hanya kekayaan yang nilainya jutaan, di sini gaji kita semuanya sudah dalam satuan jutaan. Bedanya, jutawan di luar negeri begitu enak hidupnya, di sini jutawan masih banyak yang harus naik motor, kereta api, atau bus umum yang tidak nyaman.
Jika saat ini penduduk Indonesia semuanya jutawan dan hanya sekira empat juta orang yang miliarder, tanpa redenominasi rupiah, sekira tiga puluh tahun lagi para jutawan Indonesia ini akan menjadi miliarder.
Sungguh, kita semua akan menjadi miliarder, hanya waktunya yang berbedabeda. Seorang manajer memerlukan waktu sepuluh hingga belasan tahun. Sementara seorang office boy hanya dapat mencapainya dalam 30–40 tahun.
Berikut hitungannya. Jika upah minimum provinsi (UMP) DKI pada 2011 adalah Rp1.290.000 dan kenaikan ratarata 30 tahun ke depan adalah sembilan persen, pada 2041 UMP itu menjadi Rp17,1 juta.
Ini baru upah minimum. Kenaikan gaji rata-rata sembilan persen setahun di negara ini cukup realistis karena rata-rata inflasi dalam 10 tahun terakhir delapan persen.
Untuk seorang karyawan yang sekarang bergaji Rp10 juta, dengan kenaikan tahunan sembilan persen, gajinya akan menjadi Rp132,7 juta per bulan. Gaji bekerja satu tahun saja sudah cukup untuk membuatnya menjadi seorang miliarder. Sementara seorang buruh masih memerlukan waktu tambahan 5–10 tahun lagi untuk mewujudkannya. Namun, akhirnya mereka akan menjadi miliarder juga.
Setelah kuadriliun, pentaliun?
Membaca angka dalam APBN kita dan dana pihak ketiga di perbankan nasional, serta kapitalisasi pasar saham kita yang sudah dalam satuan ribuan triliun, kita patut mendukung redenominasi rupiah.
Jika untuk belasan hingga puluhan miliar saja, kalkulator ilmiah dan kalkulator finansial sudah tidak dapat menghitungnya karena hanya ber-digit 10, apalagi untuk triliunan.
Jika sekarang kita sudah mulai terbiasa membaca istilah kuadriliun alias ribuan triliun, belasan tahun lagi kita memerlukan istilah lain untuk jutaan triliun. Jika kuadriliun saja sudah terdengar aneh, apalagi pentaliun. Jika kita saja bingung, apalagi orang asing?
Redenominasi akan menghemat banyak angka dalam semua dokumen kita. Tinta dan kertas pun pada akhirnya lebih irit. Dua pandangan paling lucu sekaligus salah tentang redenominasi adalah “Saya tidak setuju redenominasi karena akan menyebabkan dompet saya nantinya berisi recehan rupiah atau rupiah baru (Rb) seperti Rb2, Rb5, hingga Rb100”.
Sementara lainnya, “Saya setuju dengan redenominasi karena akan membuat saya bisa beli rumah dengan hanya membayar tiga lembar uang Rp100 ribu.” Orang-orang ini tidak sadar jika nanti uang Rp100 ribu tidak ada lagi sehingga uang kertas Rb5 sekalipun bukanlah recehan.
Untuk menyukseskan redenominasi ini, Bank Indonesia perlu memastikan bahwa kenaikan harga akan dapat dikendalikan. Bukan apa-apa,menaikkan dari Rb100 menjadi Rb110 relatif lebih mudah daripada dari Rp100 ribu menjadi Rp110 ribu.
Kepada yang masih tidak setuju, katakan bahwa utang mereka di bank dan angsuran bulanannya nanti menjadi tinggal seperseribunya, yaitu dari Rp100 juta menjadi Rb100 ribu untuk utangnya dan dari angsuran bulanan Rp2 juta menjadi Rb2.000 saja. Siapa yang tidak suka utang dan angsurannya berkurang drastis.
Jangan sampai kalangan menengah bawah yang umumnya belum pernah ke luar negeri ini mendengar lebih dulu tentang gaji dan nilai kekayaannya kelak setelah redenominasi.
Siapa yang tidak panik dan sedih jika gajinya turun menjadi Rb10.000 dan kekayaannya hanya dihargai Rb500 ribu dari sebelumnya Rp10 juta dan Rp500 juta. Kesimpulannya, walaupun akan mengurangi jumlah jutawan dan miliarder di Indonesia, redenominasi rupiah akan mengangkat martabat mata uang kita menjadi mata uang dunia dan mempermudah penghitungan.
BUDI FRENSIDY
Penasihat Investasi dan Penulis Buku Matematika Keuangan (Koran SI/Koran SI/ade)
No comments:
Post a Comment